Shodō, Seni Kaligrafi Jepang
Seni Kaligrafi Jepang, atau yang sering di
sebut dengan Shodō (書道) adalah seni menulis huruf jepang dengan gaya
tertentu, misalnya tebal dan tipisnya garis. Shodō sendiri mulai dikenal
di Jepang setelah seorang kaligrafer China Wang Xizhi datang kejepang dengan
membawa kaligrafi yang menggunakan huruf China. Namun, lama kelamaan Shodō
mulai berkembang dan kini cukup banyak ditemui karya-karya kaligrafi jepang
yang menggunakan huruf Katakana maupun Hiragana.
Seni kaligrafi jepang (Shodō) mulai
diperkenalkan pada anak sekolah dasar sebagai pelajaran wajib, sedangkan pada
jenjang selanjutnya Shodō menjadi salah satu mata pelajaran pilihan antara
music dan juga melukis. Beberapa universitas bahkan terdapat kelas khusus untuk
Shodō, diantaranya;University of Tsukuba, Tokyo Gakugei University dan
Fukouka University of Education.
Alat dan Bahan dalam Shodō :
·
Shitajiki, alas untuk kertas, biasanya yang
lembut dan berwarna hitam.
·
Bunchin, digunakan untuk menjepit kertas agar
tidak bergeser, biasanya sudah tersedia di Shitajiki-nya.
·
Hanshi, kertas tipis khusus untuk menuliskan
kaligrafi
·
Suzuri, tempat tinta yang keras (bisa terbuat
dari batu atau bahan metal lainnya).
·
Sumi, tinta berbentuk batang hitang yang
nantinya dicampur dengan air, setelah itu digosokkan ke Suzuri untuk
mendapatkan tintanya.
·
Fude, kuas, ada berbagai macam gunakan
sesuai kebutuhan.
(Peralatan Shodo, Kaligrafi Jepang)
Macam-macam Seni Kaligrafi Jepang
(Shodō) :
·
Kaisho, yang berarti "correct writing",
maksudnya kaligrafi dibuat sepersis mungkin dengan huruf versi cetak seperti di
koran ataupun buku-buku (tidak digaya-gaya) agar mudah dibaca. Kaligrafi
model inilah yang pertama dipelajari para siswa sekolah dasar, karena
penulisannya tidak jauh beda dengan yang mereka gunakan sehari-hari dengan
begitu model Kaisho bisa dengan mudah mereka pelajari.
"Yume" (Kaisho -
Cetak)
·
Gyousho, berarti "traveling writting",
huruf yang digunakan dalah Shodō dibuat sedikit miring. Berbeda dengan Kaisho
yang kesannya tegas, Gyousho terlihat lebih santai. Penulisannya sama seperti
tulisan tangan dengan bagian-bagian ujung yang terlihat lebih tumpul.
"Yume" (Gyousho -
Cetak)
·
Sousho, berarti "grass writting".
Untuk model Sousho, tulisannya terasa lebih bebas dengan huruf-hurufnya yang
dibuat miring. Sousho lebih sulit dibaca diantara model yang lainnya. Dalam
pembuatannya, kebanyakan kaligrafer tidak melepaskan/mengangkat Fudonya, jadi
garis-garis yang ada akan terasa menyatu.
"Yume" (Sousho -
Cetak)
Berikut beberapa karya dari Seni
Kaligrafi Jepang (Shodō).
0 comments:
Post a Comment